Minggu, 01 April 2012 | By: Rifqatul Faiqah

Kenapa harus dengan jilbab?


“maaf ukhtiy!” tiba-tiba seseorang menyapaku
“ouh, ya gak masalah kok” senyum di wajahku terpancar untuknya
“ini kamu kan tik?” tanyanya
“maaf, ukh, siapa?” wajah ini tak asing lagi bagiku. Ya, benar dia intan sahabatku dulu. Sahabat yang membuat jilbab ini terlilit di kepalaku.
“cantiika, dirimu tambah cantik saja dengan jilbab itu. Subhanallah” lagi-lagi seseorang memujiku karena jilbab ini.
“intan? kamu juga kok. Sekarang kuliah dimana?” seketika aku teringat lagi dengan masa laluku. Masa laluku yang sangatlah tidak ingin memakai jilbab ini.
Yah, sewaktu aku masih duduk di bangku SMA, aku masih saja nakal dan selalu berbohong kepada ibu karena jilbab ini.
****
“cantika! Kamu kemana lagi?” seketika telephon genggam ku berbunyi dan pertanyaan itu terlontarkan lagi.
“ aku di rumah teman kok ma. Gak akan kemana- mana”  jawabku bohong
“Di rumah siapa nak? Intan? Jilbabnya jangan di lepas lagi lho” gumam mama dari balik hpku

“iya iya” hari itu aku berbohong lagi untuk kesekian kalinya.
Ah, mama emang gitu, pasti nyuruh aku gak lepas jilbabku. Apa sih? Aku kan belum siap ma.
“tik kamu kenapa sih?” Intan menatapku dengan lamat
“ah enggak, tadi mama nelfon nyari aku dimana. Biasa, tan.” Diriku kembali berbaring di atas ranjang itu dan melanjutkan chatting dengan para teman di dunia mayaku.
Esok harinya, aku berjalan bersama intan. Hmm, seperti biasa, aku melepas jilbabku lagi. Pertamanya aku biasa saja, tapi intan yang selalu konsisten dengan jilbab yang dipakainya membuat aku malu karenanya. Ah biasa aja sih. Udah lupain aja, besok-besok juga nantinya aku pakai jilbab kok.
“Assalamualaikum, neng” para gerombolan cowo itu nampak sangat hangat menyapa intan yang berjalan melewati mereka. Aku yang berada di belakang juga melewati mereka. Eh gila aja, aku gak di beri salam coba. Aku kan juga muslim. Kenapa sih? Jilbab lagi? Kenapa semuanya mempermasalahkan jilbab? Aku rajin sholat ya.
“tika, kamu dari mana nak?” lagi-lagi mama nanya
“baru pulang sama intan ma” jawabku singkat yang baru saja pulang
“tadi kamu lepas jilbab kamu pasti? Kenapa kamu gak ikutin intan aja tik, dia sholehah, rajin sholat, cantik, jilbabnya konsinten lagi” mama memulai ceramahnya yang singkat lagi.
“kenapa sih ma? Aku rajin sholat kok? Besok juga aku pake jilbab kalau udah siao ma” sambil melangkah ke kamarku.
“ tapi kapan nak?” tanya mama lagi
“pokoknya bukan untuk saat ini” pintu kamarpun tertutup dengan suara “brruk”
Ah, ini nih, kenapa harus jilbab lagi yang di permasalahkan? Udah ah, aku mu tidur.
Gak kerasa udah pulang sekolah. Buka jilbab? Yes, it’s the time. Gerah tau.  Eh, aku pulang sendiri. Intan mana ya? Ke rumahnya ah.
Ah, bener aja? Aku digodain sama orang-orang gak jelas coba. Ish, sangat gak berwibawa banget kan? Gila aja tuh orang. Aku mempercepat langkahku. Jijik rasanya. Gak keren banget kan? Gak berwibawa tau gak sih.
“assalamualaikum, intannya ada tante?” sapaku sesampai di rumah intan.
“wa’alaikum salam, eh nak cantika. Ouh kebetulan tadi dia cepat pulang. Katanya mau nyelesain apa gitu” jawab ibu intan yang sedang sibuk memasak di dapur
Aku berjalan menuju kamar  Intan. Ya Allah, dia sungguh-sungguh perempuan yang sholehah. Membaca Al-Qur’an? Ya, itu yang ia lakukan untuk bergegas pulang. Dia ingin menghabiskan bacaannya. Malu, hanya itu yang aku rasakan. Perlahan aku masuk dan mengetuk pintu kamarnya setelah ia menyelesaikannya perbuatannya yang sangat terpuji itu.
“Assalamualaikum tan,” suaraku terdengar
“wa’alaikum salam” intan segera membukakan pintu untukku
“wah kamu rajin banget tan, jadi malu aku” tiba-tiba saja kalimat itu terlontar olehku.
“malu kenapa tik? Biasa aja tuh. Kamu gag pake jilbab lagi?” hah? Itu pertama kali intan menanyakan aku tentang masalah jilbabku.
“ee umm, iya tan” jawabku singkat
“ kenapa kamu belum siap” tanyanya kembali sambil mendekat kepadaku.
“hah? Iya” lagi-lagi jawabanku singkat
“tau gak sih tik? Jilbab tuh lambang kamu sebagai muslimah lho. Aku tau kamu pasti merasa sering tidak enak ketika kamu jalan sama aku. Aku di beri salam dari orang-orang lain sedangkan kamu tidak. Itulah sebabnya kamu harus memakai jilbabmu” intan memaparkannya dengan sangatlah mantap.
Diam! Yah aku hanya tertunduk diam. Gak tau kenapa? Hari itu seolah intan dapat menguasaiku.
“kamu juga akan merasa sangat aman karena aurat yang kamu tutup itu tidak akan mengundang kejahatan dari orang-orang yang berniat buruk terhadapmu” yang bener aja, intan seolah tau semua tentang ku
“kamu belum siap? Sekarang kamu harus bisa siap intan. Jadikan jilbab itu sebagai kebutuhanmu, sebagai perlindungannmu. Bukannya dulu kamu bercita-cita ingin punya suami yang sholeh? Ingat intan, laki-laki yang baik hanya untuk perempuan yang baik, dan begitupun sebaliknya” Dia benar-benar menguasaiku.
Dan waw? Aku meneteskan air mata di depannya. Sedikit malu sih, tapi biarlah. Sekarang aku sadar akan pentingnya jilbab yang seing ku lepas ini.
“intan makasih, mulai sekarang aku akan mekai jilbab ini seterusnya” pelukanku rasanya tidak dapat ku lepaskan darinya.
Itulah hari bersejarah bagiku dengan jilbabku
****
“ouh iya, aku sekarang di Bandung ikut ayah. Kamu masih di sini tik?” 
“iyya tik, aku masih di sini aja. Kasihan mama dan ayah kalau aku merantau”
Bunyi ponsel, tiba-tiba mama menelfon lagi. Tapi kali ini tidak untuk menanyakan aku lagi dimana dan sedang memakai jilbab atau tidak. beliau menyuruhku pulang untuk membantunya.
Yah, dan itulah pertemuan singkatku dengan sahabat yang telah mengubah hidupku.

0 komentar:

Posting Komentar